Internet untuk Pendidikan
Internet merupakan satu resource pendidikan yang luar biasa. Di dalam Internet, orang seluruh dunia saling terhubung dan berkolaborasi. Contoh kolaborasi luar biasa yang sangat positif adalah Wikipedia, dimana setiap orang bisa kontribusi pengetahuan yang dia miliki untuk kepentingan orang banyak. Wikipedia memiliki suatu mekanisme yang menyulitkan orang2 tertentu yang memiliki kepentingan pribadi (misalnya promosi, atau menyebarkan berita tidak benar), meskipun tidak 100% manjur, tetapi tetap saja informasi yang dimiliki Wikipedia sangat luar biasa, melebihi buku2 ensiklopedia yang terbesarpun... dan masih tetap growing.
Contoh yang lain adalah YouTube. Di site ini, setiap orang yang memiliki ketrampilan dapat melakukan 'e-learning' dengan cara menyebarkan video rekamannya (misalnya bagaimana cara memainkan 'Djembe', atau 'Didgeridoo', atau cara membuat batere dari kentang dll.) ke setiap orang yang sedang mencarinya.
Fasilitas Internet lain yang juga bisa dipakai adalah mailing list seperti Yahoo Group, ataupun chatting seperti Yahoo Instant Messenger dll.
Kebanyakan fasilitas2 yang ada di Internet adalah gratis. Namun demikian, gratis tidak berarti jelek, karena fasilitas gratis (seperti email, messenger, dll) justru dibackup oleh suatu sistem multi redundant yang sangat luar biasa tingkat availability-nya. Di belakang semua ini ada banyak sekali computer dan storage cluster yang dibentuk oleh teknologi virtualization yang berjalan di atas infrastruktur intelligent.
Sungguh sayang sekali jika fasilitas luar biasa yang ditujukan untuk kemajuan umat manusia ini disia-siakan.
Seharusnya fasilitas luar biasa ini dimanfaatkan juga oleh pendidikan di Indonesia, karena sebenarnya menilik dari keberadaan infrastruktur yang ada di Indonesia (yang dibangun oleh banyak operator telko dan service provider), internet seharusnya sudah dapat dinikmati oleh seluruh rakyat Indonesia.
Jaringan Pendidikan yang kurang Efektif
Memang benar bahwa departemen2 yang terkait dengan pendidikan di Indonesia kemudian (finally !!!) membuat infrastruktur luar biasa untuk membangun fasilitas pendidikan yang online. Selain biaya yang keluar besar, penggunaannya juga tidak cost effective :
- Meski bukan kompetensinya, departemen ini berusaha membuat infrastruktur jaringan dengan kapasitas besar sekali (orde ratusan Mbps) di backbone, akibatnya terjadi pemborosan dana yang besar karena kapasitas besar ini tidak bisa dishare dengan user di luar pendidikan sehingga hitung2an bisnisnya jadi mahal
- Tidak ada badan yang mengatur backbone ini, semua diserahkan pada instansi pendidikan yang ditunjuk, akibatnya timbul potensi untuk membuat backbone besar ini sebagai mainan, bukannya untuk saling berkolaborasi
- Departemen ini membuat backbone sekaligus besar sekali tanpa sosialisasi yang cukup, akhirnya orang2 bukannya langsung menikmati fasilitasnya, tapi malah saling tuding..., padahal argometer backbone besar itu sudah berjalan. Kalau kita mulai dari yang kecil, maka transisi dari pendidikan kita yang kuno bisa berjalan dengan mulus (dan tidak mahal)
- Saya belum melihat adanya konten yang bagus ('a must see content') bagi pelajar/mahasiswa. Harusnya kumpulin saja semua guru dan dosen TERBAIK di INDONESIA dan rekam cara mereka mengajar dan publish saja di Internet supaya semua orang bisa lihat (patut diingat bahwa anak2 Indonesia juga banyak yang di luar negeri)
- Belum ada kurikulum pendidikan yang diselaraskan dengan keperluan Industri. Kami dari industri IT benar2 amat membutuhkan generasi baru yang pintar dan siap kerja. Yang ada hanyalah lulusan2 teknik yang buta mengenai IP (padahal ini adalah molekul dan atom penyusun Internet dan semua komunikasi data di dunia). Bahkan lulusan terbaik dari universitas terbaikpun kalau diuji memble semua.... (padahal Index Prestasinya benar2 sempurna)
- Belum terlihat upaya mengelektronikkan semua materi edukasi, tesis, skripsi, jurnal2 teknis, bacaan2, majalah, dan memasukkannya ke data center terpusat yang bisa diakses semua lapisan masyarakat, supaya setiap orang tinggal one click away access ke informasi (=education)
- Belum terlihat upaya untuk pengontrolan materi apa saja yang bisa dan terlarang dari Internet (ini tugas bersama dengan industri ISP)
- Belum terlihat upaya untuk menggunakan Open Source Software (padahal Open Source merupakan upaya dari/untuk/dan bagi umat manusia supaya saling maju bersama), misalnya penggunaan Linux untuk pendidikan (gratis, powerful, dan linux knowledge sangat berguna di industri nanti karena linux yang paling sederhanapun sudah pake arsitektur setara mainframe & supercomputer). Dan satu lagi Linux bukan proprietary, artinya kita tidak under control suatu negara tertentu
Tapi walaupun demikian, saya tetap bangga dan senang karena akhirnya kita punya jaringan yang hebat untuk pendidikan ini.
Hanya sedikit saja ganjalan, seandainya kita bisa lakukan optimisasi, dan membuat roadmap yang bagus, maka dana luar biasa yang telah keluar sebenarnya bisa dipakai untuk mensejahterakan kehidupan insan2 pendidik.
Dengan fasilitas & pendapatan (resmi) yang memadai, akan makin banyak anak2 pintar yang akhirnya menjadi pendidik, dan ini menimbulkan efek bola salju, di mana generasi2 Indonesia berikutnya akan menjadi pintar, dan semakin pintar, sampai akhirnya kita bisa berbalik menjadi bangsa yang disegani oleh dunia.
No comments:
Post a Comment