Saturday, March 1, 2008

Hemat Energi dengan IT

Harga minyak sudah menembus US$ 100 per barel. Akibatnya, subsidi energi naik tajam, dan ini terlihat dalam RUU APBN Perubahan 2008, di mana subsidi bahan bakar minyak dan listrik Rp 161.2 triliun. Pembengkakan 2x lipat dibandingkan dengan APBN 2008.

Dan sebagian besar subsidi tersebut hanya terbakar sia2 di kemacetan jalan...

Daripada memenuhi langit Indonesia dengan polusi, sebenarnya anggaran sebesar itu bisa dialihkan untuk hal-hal yang jauh lebih berguna. Misalnya untuk pendidikan, pertanian, dan pertahanan negara.

Sebenarnya pemerintah sudah mencoba melakukan banyak hal untuk menekan subsidi ini, misalnya dengan mengajak masyarakat untuk menggunakan angkutan umum (dengan adanya busway ataupun dengan aturan 3 in 1 di Jakarta).

Namun sejauh ini 'ajakan' tersebut masih belum efektif, karena tidak menjawab inti dari permasalahan yang sebenarnya.

Tidak ada orang yang suka bermacet2an. Semua orang terpaksa melakukan hal ini karena keharusan. Di Indonesia ini, hampir semua perkantoran yang menjadi poros perputaran bisnis berada di tengah kota. Hal ini diperburuk oleh kebiasaan orang2 Indonesia (dan Asia pada umumnya), di mana kita masih perlu bertatap muka dalam berkomunikasi secara efektif. Komunikasi lewat email dan telepon masih kurang tokcer karena orang2 Asia kebanyakan hanya menyampaikan 10% pesan lewat verbal, sisanya yang 90% hanya bisa terlihat lewat gerak-gerik.

Desain tata kota dapat digabungkan dengan IT untuk membangun Indonesia yang hemat energi dan hijau :
  1. Ubah desain kota yang terpusat menjadi cluster, sebar pusat bisnis ke pinggir kota. Hal ini secara significant akan mengurangi traffic yang menuju ke pusat kota, dan dengan sendirinya akan mengurangi traffic jam (= mengurangi pemborosan bahan bakar)
  2. Insentif pengurangan pajak bagi yang membuka kantor di lokasi yang ditentukan. Hal ini akan memastikan perpindahan kantor2 dari pusat kota ke pinggiran
  3. Buat infrastruktur telekomunikasi yang bagus untuk menghubungkan semua pusat bisnis. Infrastruktur yang bagus memungkinkan setiap pelaku bisnis untuk melakukan pertemuan secara virtual dengan memanfaatkan teknologi seperti TelePresence yang sanggup menangkap setiap detil suara dan gerak-gerik. Infrastruktur yang baik juga memungkinkan implementasi virtual workspace, di mana tempat kerja tidak lagi penting, karena yang terpenting adalah kontribusi pemikiran dari masing2 karyawan

1 comment:

Anonymous said...

Hai Mas..
Aku juga pernah dengar di radio mengenai pentingnya kita memaximalkan potensi SDA Indonesia yang tidak usah di pertanyakan lagi. Menurut si Ibu Pembicara itu (lupa namanya) seharusnya untuk meningkatkan kegiatan UKM mulai di terapkan policy bahwa tanah2 yang idle selama 2 tahun akan diambil alih oleh negara, jadi masyarakat yang punya assest berlomba2 untuk mengaktifkan tanah yang dimiliknya instead of mubazir didiamkan begitu saja. Menurut si Ibu, policy ini sudah di terapkan di Jepang..
Kalau sudah begini, sebenernya ide2 segar dan brilliant sudah banyak ya cuma tinggal willingness dari pemerintah kita...
Let's do and pray then...
Thanks for sharing ;)
-Tutut-