Contoh Kasus
Pelanggan merupakan sebuah Bank yang ingin membuat 3 buah data center yang terletak di sebuah kota, dan membutuhkan koneksi banyak Gigabit Ethernet, 10GE, dan FiberChannel.
Keperluan khusus :
- tiga buah data center tadi akan dibangun secara bertahap. Pertama2 hanya akan dibangun 2 DC saja, kemudian setahun kemudian akan dibangun DC yang ketiga
- tidak boleh ada service downtime pada saat aktivasi DC ketiga
- traffic mula2 kecil (10 Gbps), tapi secara bertahap traffic akan meningkat sampai > 100 Gbps. Tidak boleh ada gangguan pada saat penambahan kapasitas
- bank ingin selalu memonitor seberapa bagus kualitas fiber optik yang digunakan, jadi kalau ada masalah di sisi fiber optic, maka traffic bisa direroute sebelum jalur fiber opticnya benar2 putus
- faktor biaya adalah nomor dua setelah reliability
Di bawah ini ada beberapa langkah yang biasa saya lakukan dalam merancang suatu sistem DWDM :
- Traffic Pattern - Ini adalah langkah pertama yang paling penting dalam perancangan DWDM. Traffic Pattern adalah pola traffic yang diinginkan dalam desain nantinya. Untuk mendapatkan traffic pattern yang akurat, semua pihak yang akan memanfaatkan jaringan DWDM ini harus dikumpulkan (dalam beberapa kali session), untuk brainstorming, sampai didapat kata sepakat mengenai pattern yang dikehendaki. Traffic pattern ini harus mencakup : logical topology, protection, bandwidth, jenis interface.
- Kapasitas - Informasi detail dari #1 bisa digunakan sebagai landasan solusi apa yang terbaik untuk bank ini. Untuk kasus Bank ini, kebetulan hasil akhir dari perhitungan traffic pattern berada di angka puluhan Gbps (tanpa proteksi), atau ratusan Gbps (dengan proteksi), sehingga solusi yang memungkinkan memang cuma DWDM....
- Physical Topology - Ini adalah langkah kedua yang paling penting. Kita harus mendapatkan gambar jaringan fiber yang (juga) harus sangat akurat. Informasi yang dibutuhkan di sini adalah : seluruh jaringan fiber optic yang ada, lokasi simpul2nya di mana saja, jarak berapa, loss (db) berapa, jenis fiber opticnya apa (karena ini menentukan karakteristik loss dan dispersion). Untuk 3 node, maka topology physical menggunakan ring topology, dengan jalur fisk fiber optik yang berbeda (misalnya ada yang lewat jalur barat dan timur, untuk antisipasi putusnya satu jalur fiber)
Di bawah ini ada beberapa pertimbangan yang menentukan hasil akhir desain (termasuk harga) :
- Reliability - jika diinginkan availability & reliability yang semaksimal mungkin, maka perlu dipertimbangkan untuk menggunakan separate chassis dengan client protection (artinya jumlah router, switches, DWDM nodes semua dikalikan dua)
- Alokasi Wavelength - Nah kita bisa pilah-pilih wavelength yang akan digunakan itu yang panjangnya berapa nm untuk setiap layanan yang kita sudah tentukan (layanan yang sekarang maupun yang masa depan). Gunakan wavelength mulai dari posisi center (yang terdekat dengan 1550 nm) terus menyebar ke samping
- Cost - cost yang seminimal mungkin bisa dicapai dengan menghindari penggunaan transponder, dengan cara menggantinya dengan ROADM dan DWDM SFP/GBIC di sisi clients. Kerugian cara ini adalah penggunaan wavelength yang lebih boros. Namun selama perhitungan pada #2 di atas (alokasi wavelength) masih masuk, hal ini tidak menjadi masalah
- Physical Layout - alokasikan tempat yang cukup untuk meletakkan chassis2 DWDM node tadi, untuk keadaan sekarang, sampai ke keadaan yang sudah ultimate (untuk antisipasi jangan sampai nanti di tengah2 jalan kita kehabisan tempat untuk ekspansi)
- Seamless Upgrade - jika diinginkan penambahan traffic di tengah jalan tidak akan mengganggu sistem yang sedang running, maka sistem harus didesain dengan memasukkan faktor future requirement. Solusi paling ideal untuk kasus ini adalah penggunaan ROADM, karena ROADM bersifat sangat fleksibel dan penambahan/perubahan layanan bisa dilakukan tanpa mengganggu traffic yang aktif
- Pre-Emptive Routing - ini dimungkinkan dengan implementasi IPoDWDM dengan modul ROADM
- Certification - nah ini penting kalau kita ingin melewatkan traffic2 semacam fiber channel (untuk SAN), soalnya storage vendor akan selalu minta perangkat yang sudah disertifikasi sebelumnya
4 comments:
Apabila DWDM sudah dibangun jaringannya, hal apa aja sih yang bisa dilakukan, mungkin semacam monitoringnya gitu, mohon pencerahan :D
Tergantung pada kecanggihan alatnya. Peralatan yang canggih bisa memberikan provisioning, monitoring, bahkan integrasi dengan routingnya (shg provisioning lamda berlangsung secara otomatis)
Malam Pak Tony
Jika sudah terlanjur implemen dan ternyata salah, karena diawal tidak di define secara detail mengenai traffic pattern nya maka ketika slrg pgn menambah satu lamda lagi ke arah yg berbeda , gimana ya, sementara dulu ketika kita implement tidak diberi NCF nya, jd pas mau konfigur lagi di getok vendornya ratusan juta,
Boleh dong mas, diberi contoh kasus boq yg utk generate kantor bank tadi, hehe
Thanks
Edi y
Thanks
Pak Edi,
Teknologi DWDM ini bermacam-macam. Teknologi yang digunakan di kantor bank tadi menggunakan ROADM (Reconfigurable Optical Add Drop Mux). Saat itu (tahun 2007) merupakan teknologi tercanggih, dan memungkinkan lamda ditambah atau diubah routingnya dg mudah, dan topologi bisa ditampilkan secara online dan realtime. Sayang saya tidak bisa memberikan contoh BOM.
Jika anda implementasi menggunakan teknologi DWDM yang low cost, maka setelah jaringan digelar akan hampir mustahil untuk menambah/mengubah tanpa merombak seluruh desain/komponen jaringan. Hasilnya memang jadi mahal kalau ada perubahan.
Post a Comment