Friday, January 11, 2008

Solusi Multiple E1 Bundling menggunakan ATM IMA

Kadang-kadang kita memerlukan sebuah koneksi yang lebih besar dari 2 Mbps antara dua perangkat jaringan (router misalnya). Namun yang tersedia hanya beberapa buah link E1 (2 Mbps). Adakah suatu cara untuk membuat beberapa link E1 dibundle jadi satu untuk membentuk sebuah link yang besar ? (berukuran nx E1) ?

Contoh kasus : kita membutuhkan link sebesar 8 Mbps, tapi yang tersedia hanyalah 4 buah link E1 yang bisa diparallel. Ada cara yang paling efisien supaya membuat 4x E1 menjadi sebuah link 8 Mbps ?



Sebenarnya ada beberapa macam alternatif :
  • menggunakan Multilink PPP (nanti 4 buah E1 tadi akan dibundle menjadi sebuah link virtual berukuran 8 Mbps)
  • menggunakan load balancing dengan routing protocol (nanti beban di 4 buah E1 akan didistribusikan sedemikian rupa sehingga seolah2 kapasitas link menjadi 8 Mbps)
  • menggunakan IMA (ATM Inverse Multiplexing over ATM)
IMA merupakan pilihan yang menarik karena IMA merupakan cara yang paling mudah dan efisien dalam mencapai kapasitas nx E1. Cara2 yang lain memiliki efisiensi yang lebih rendah daripada IMA (artinya 4x E1 mungkin hasilnya hanya 6 Mbps atau malah kurang).

Cara kerja IMA

IMA menggunakan teknik inverse multiplexing dan de-multiplexing dari cell2 ATM secara bergantian pada beberapa link yang digabungkan sekaligus untuk mendapatkan kapasitas bandwidth yang lebih besar. IMA sangat efisien, sehingga kapasitas total dari logical link tadi akan mendekati jumlah kapasitas semua interface yang dibundle.

Yang perlu diperhatikan dari IMA

IMA sangat sensitif terhadap ketepatan clock. Jika sumber clock dari masing2 E1 tidak cukup akurat (misalnya karena kesalahan konfigurasi pada perangkat TDMnya), maka logical link dari IMA tadi tidak akan stabil. Link bundle akan sering jatuh bangun, mengakibatkan gangguan pada pengiriman data yang serius.

Masalah ketepatan clock ini akan terlihat secara jelas di lapangan.

Jika anda mengalami kendala ini, silahkan perbaiki sumber clock di TDM anda, karena disitulah masalahnya.

Jika anda tidak bisa memperbaiki ketepatan clock tadi, maka anda tidak bisa menggunakan IMA. Gunakanlah metode lain yang lebih kebal, misalnya Multilink PPP.

Metode Multilink PPP ini sangat kebal terhadap gangguan clock, hanya saja efisiensi penggabungan E1 tadi tidak akan sebagus IMA.

Memang ada benarnya juga jika orang belanda bilang "garbage in garbage out" -- kalau orang jawanya bilang "bibit bebet bobot" -- Jadi jika ingin hasil yang excellent : clock (bibit), interconnection (bebet), quality (bobot) harus benar2 diperhatikan...

2 comments:

amircool said...

Ini teknologi yang mirip dengan EtherChannel ya pak? Oia, ada teman saya dari Telkomsel pernah nanya tentang router ISR. Sebelumnya kami ngobrol tentang IP Phone dan saya pamer Cisco, sekalian pamer Cisco ISR yang mendukung kecepatan line dari T1 sampai T3. Dia nanya berapa call yang bisa dilakukan dengan kecepatan sebesar itu? Apakah jawabannya hanya dibagi 64kbps saja?

Tony Seno Hartono said...

Cara kerja IMA mirip dengan EtherChannel, tapi IMA lebih halus karena setiap paket dipotong2 menjadi ATM cell yang kecil2 baru setelah itu dilakukan load balancing secara round robin.

Re. IP Phone : bandwidth tergantung pada codec & settingnya. Kamu bisa hitung persisnya bandwidth yang digunakan menggunakan VoIP calculator (ada banyak di internet).

Pada umumnya untuk CODEC G.729 kita akan memerlukan 24.5 Kbps.

Setelah itu kita musti perhitungkan overhead routing protocol. Kalau pakai static route overhead adalah 0%, kalau pakai dynamic biasanya kita alokasikan 5%.

Dengan asumsi kita tidak melewatkan traffic lain (hanya voice), maka sebuah T1 (1.5Mbps) bisa membawa voice sebanyak :

1.5M * 0.95 / 24.5 kbps = 58 kanal suara...

Itu adalah jumlah kanal suara dalam satu saat. Jika orang bicara secara bergantian, artinya ada 2* 58 orang yang bicara bergantian = 116 orang.