Tuesday, February 3, 2009

Lima Model Bisnis TIK (ICT)

Semua perusahaan yang bergerak di bidang TIK (Teknologi Informasi dan Komunikasi) mengandalkan HAKI (Hak Atas Kekayaan Intelektual) di dalam menjual produk dan jasanya. Namun penggunaan HAKI tergantung pada jenis model bisnisnya.

Pada umumnya sekarang ini dikenal ada 5 model bisnis TIK yang paling menonjol dalam pemanfaatan HAKI, dan di bawah ini beberapa contonya dari perusahaan anak bangsa Indonesia (huruf miring) dan juga perusahaan asing :

  1. Lisensi produk software (contohnya perusahaan pembuat perangkat lunak seperti Andal Software, Dycode, Oracle, dsb)
  2. Iklan (contohnya Detik.com, Google, dsb)
  3. Software sebagai layanan (contohnya Infisys Pushmail, Salesforce.com, dsb)
  4. Penjualan perangkat keras (contohnya Zyrex, Axioo, Apple, dsb)
  5. Penjual jasa konsultasi, integrasi, perawatan, training dsb (contohnya Inixindo, Sigma, Redhat, dsb)

Beberapa perusahaan bisa mengadopsi lebih dari satu model bisnis jika mereka memang memiliki beberapa jenis bisnis yang berbeda-beda…

Semua hal ini harus dimengerti oleh semua pihak yang berkecimpung di bidang TIK. Terutama sekali pemerintah dan regulator. Aturan atau politik pemerintah yang berat sebelah bisa menyebabkan kepincangan terhadap model-model bisnis tertentu.

Dan ini bisa menyebabkan masalah serius.

Contohnya jika pemerintah condong mendukung model bisnis no 5, maka model bisnis no 1-4 akan terganggu, bahkan bisa mati, dan akibatnya mungkin akan seperti ini :

  1. Orang Indonesia tidak lagi tertarik membuat perangkat lunak untuk dijual, karena mereka lebih tertarik untuk jualan jasa konsultasi/training. Akibatnya Indonesia akan selamanya memakai produk buatan luar negeri (baik itu komersial maupun free open source). Tidak ada lagi perusahaan seperti Dycode yang membuat sistem manajemen pelabuhan yang canggih untuk meningkatkan efisiensi pelabuhan kapal kita…
  2. Orang Indonesia tidak lagi tertarik membuat konten kreatif, karena mereka lebih tertarik untuk jualan jasa konsultasi/training…. Tidak ada lagi Detik.Com, dan kita semua akan dipaksa membaca konten buatan negara asing, dan kita akan selamanya disetir orang
  3. Orang Indonesia tidak lagi tertarik membuat layanan online, karena mereka lebih tertarik untuk jualan jasa konsultasi/training…. dan kita akan hidup dalam kegelapan
  4. Orang Indonesia tidak lagi tertarik menciptakan perangkat keras, karena mereka lebih tertarik untuk jualan jasa konsultasi/training…. dan kita akan selamanya menjadi pembeli produk import….

No comments: