Friday, December 21, 2007

Musim Kawin Bank Gurem

Judul di atas saya pinjam dari sebuah artikel di majalah Tempo (click sini untuk versi online)

Saya hanya akan membahas dari sisi IT/Networking-nya saja.

Bank, gurem atau tidak, proses perkawinannya sama merepotkannya dengan perkawinan adat antar suku yang berbeda. Untuk kasus perkawinan antar Bank :
  • aplikasi yang digunakan berbeda
  • IP address rangenya berbeda
  • jumlah & fungsi2 departementnya berbeda
  • sistem komputasinya berbeda
  • masing2 punya kebanggaan atas banknya sendiri, tidak mau diatur orang lain
  • server, client, semua hardware yang digunakan berbeda
  • lokasi cabang2 berbeda
  • servis bank berbeda
  • buanyak banget yang berbeda
Yang sama mungkin adalah semangat ingin bersatu untuk menjadi lebih besar, lebih kuat, dan lebih sehat.

Virtualisasi
Teknologi network saat ini sedemikian maju sehingga dalam masa transisi perkawinan bank sampai selesai nanti, kita bisa lakukan penyederhanaan menggunakan virtualisasi di sisi network, computer, dan storage.

Virtualisasi ini juga mencakup network address translation, protocol translation, tunneling, bridging, dan lain-lain yang diperlukan selama transisi perkawinan sampai jadi bank besar dan mulai beranak-pinak punya produk2 baru yang greng.

Virtualisasi ini sendiri membawa banyak hal-hal positif, tetapi utamanya adalah konsolidasi sambil melakukan cost saving, yang tentunya menarik sekali untuk industri Bank... (apalagi di Indonesia, di mana komponen cost masih nomor 1).

Infiniband

Infiniband merupakan jenis interface (semacam Gigabit Ethernet) yang dikembangkan Intel untuk menghubungkan server2 dengan remote storage dan perangkat networking (switches). Infiniband juga dikembangkan untuk komunikasi di dalam server cluster menggunakan IPC (Inter Processor Communication).

Infiniband merupakan teknology terbaik saat ini yang patut dipertimbangkan jika kita ingin mengimplementasikan High Performance Clustering, atau bahkan Virtual Data Center.

Alternatif selain Infiniband adalah 10 Gigabit Ethernet. Teknologi Ethernet mengalami banyak sekali kemajuan belakangan ini, namun demikian dibandingkan dengan Infiniband, Ethernet masih kalah efisiensi dan kecepatannya (penting sekali untuk aplikasi clustering).

Keuntungan utama infiniband : performance (kecepatan), latency dan QoS.

Speed
Satuan kecepatan Infiniband adalah 2.5Gbps. Kecepatan ini bisa ditingkatkan dengan menggunakan teknik DDR (Double Data Rate) dan QDR (Quad Data Rate) menjadi 5 Gbps dan 10 Gbps.

DDR & QDR meningkatkan kecepatan tanpa mengubah clock (clock tetap 2.5Gbps), tetapi dengan memanfaatkan pulsa naik/turun (utk DDR) ditambah dengan pergeseran fasa 90 derajat (utk QDR).

Selain itu link yang paralel juga bisa diaggregasikan (4 atau 12 parallel links) sehingga kecepatannya menjadi berlipat-ganda. Agregasi 12 link tadi biasa digunakan pada super komputer/cluster dan interkoneksi antar switch.

Sehingga kecepatan maximum Infiniband sekarang adalah 12 parallel links yang QDR = 12x 10 Gbps = 120 Gbps. Kalau dihitung full duplexnya, berarti kecepatannya adalah 2x lipat, yaitu 240 Gbps ! (tetapi ada overhead 20%, sehingga efektif transfer ratenya adalah 192 Gbps.

Lumayan cepat dibandingkan dengan 10 Gigabit Ethernet yang diparallel menggunakan EtherChannel....

Latency
Namun jika dibandingkan dengan Ethernet, keunggulan utama Infiniband bukan pada kecepatan, melainkan pada latency dan QoS. Latency utk QDR Infiniband adalah 140 nanosecond. Jauh lebih cepat dibandingkan dengan latency ethernet (pada umumnya 10GE punya latency dalam orde microsecond).

RDMA
Keunggulan yang lain adalah support untuk RDMA (Remote Direct Memory Access) dengan latency 0.99 microsecond. RDMA adalah kemampuan suatu CPU untuk mengakses memory yang nempel ke CPU lain tanpa keterlibatan Operating System, sehingga througputnya besar dan low latency, sangat berguna untuk aplikasi clustering. Teknologi Ethernet mulai mengekor dengan dikembangkannya Ethernet RDMA, tapi karena baru dikembangkan kita belum tahu performancenya seperti apa.

Network Multiplier Effect



Seberapa efektif pembelian perangkat2 IT seperti Server dan Hard Disk berbanding lurus dengan tingkat efisiensi dan utilisasinya :
  • Efisiensi : suatu perangkat semakin efisien jika biaya pengoperasiannya rendah. Misalnya, sekumpulan server semakin efisien jika server-server itu hanya perlu makin sedikit orang untuk memeliharanya, makin mudah dipeliharanya (manhour makin sedikit), makin sedikit suku cadang yang diperlukan (pembelian suku cadang ditekan), makin kecil listrik & AC-nya (tagihan listrik lebih kecil), makin sedikit ruangan yang diperlukan (sewa ruangan mengecil) dan lain2. Pada umumnya efisiensi perangkat IT berkisar 25%
  • Utilisasi : ditentukan oleh seberapa tinggi tingkat penggunaan (utilisasi) dari suatu perangkat. Kalau perangkat itu server (CPU) maka ditentukan dari berapa % rata2 penggunaan CPU timenya, kalau perangkat itu hard disk (storage) maka utilisasi ditentukan dari berapa % storage yang terpakai (untuk menyimpan file2 yang berguna, bukan sampah). Untuk server biasanya tingkat utilisasi sekitar 10-20%, sedangkan storage biasanya cenderung selalu tinggi (tetapi kebanyakan sampah, karena kebiasaan orang yang malas melakukan maintenance filenya).
Kedua parameter di atas menentukan seberapa efektif investasi yang telah dikeluarkan. Kalau dilihat dari angkanya, maka Effectiveness = Efficiency x Utilization.

Untuk perusahaan pada umumnya, nilai Efectiveness = 25 % x 15 % = 3.75 % ... suatu nilai yang sangat rendah, yang bisa diterjemahkan sebagai pemborosan besar2an di infrastruktur IT. Jadi tidak heran kalau banyak orang melihat IT sebagai tempat buang2 duit (cost center).

Meningkatkan Effectiveness
Cara meningkatkan effectiveness adalah dengan meningkatkan efficiency dan utilization.
  • Efficiency bisa ditingkatkan dengan cara standarisasi perangkat. Kasus yang ekstrim adalah mengganti semua perangkat hardware, operating system, software menjadi blade server dari satu brand (misalnya IBM blade server), satu arsitektur (misalnya pake CPU intel), satu OS (misalnya Linux), dan satu aplikasi (misalnya Oracle)
  • Utilization bisa ditingkatkan dengan cara virtualisasi, yaitu dengan memindahkan server fisik menjadi server virtual. Misalnya dengan menggunakan solusi dari VMware
Intelligent Information Network
Untuk mewujudkan standarisasi dan virtualisasi ini, kita membutuhkan network yang intelligent yang mendukung hal-hal berikut ini :
  1. Security - harus dipastikan bahwa tidak ada lubang keamanan di setiap titik. Keamanan ini sangat penting, karena kalau semua divirtualisasi dan disentralisasikan, maka server menjadi sangat critical. Satu serangan ke server bisa membuat perusahaan kita tutup
  2. Mobility - diperlukan supaya kantor2 cabang dan user yang berada di remote tidak merasa ada yang berubah dengan servernya (tadinya ada server di cabang, sekarang server2 itu lenyap pindah ke kantor pusat dalam bentuk virtual)
  3. Storage - diperlukan untuk konsolidasi storage di tempat terpusat, sehingga file2 server yang ada di kantor cabang bisa dihilangkan. Servis ini juga diperlukan untuk memastikan tidak ada data yang hilang kalau ada disaster
  4. Computing - diperlukan untuk server (CPU) virtualization, dengan servis ini maka kita tidak perlu lagi beli2 server hanya untuk keperluan testing, atau keperluan menangani pekerjaan berat yang temporer
  5. Identity - diperlukan untuk single login
  6. Application Delivery - diperlukan untuk optimalisasi WAN bandwidth, supaya server yang sudah terkonsolidasi tadi tetap dapat terhubung ke para user di kantor cabang dengan cepat, sehingga user tidak complain lambat setelah dilakukan virtualisasi. Selain itu juga untuk meyakinkan bahwa server di pusat tidak jatuh performancenya gara2 terlalu berat bebannya, karena sebagian beban bisa digeser ke sisi network
  7. Virtualisasi Network - diperlukan untuk memilah2 divisi yang ada kedalam Virtual LAN, atau VPN
  8. Otomatisasi juga diperlukan, supaya tidak ada saling tuding antara bagian yang pegang network dan server, karena setelah adanya virtualisasi, maka ada overlap pekerjaan antara orang2 server dan network (misalnya siapa yang musti setting IP address & firewall yang ada di virtual machine ?)
SONA
SONA (Service Oriented Network Architecture) memberikan kerangka lengkap bagaimana mewujudkan Enterprise Network dengan memberikan semua servis/layanan2 yang diperlukan tadi.

SONA bisa diwujudkan dengan multi-brand. Tetapi implementasi multi-brand dari SONA biasanya kurang efisien (karena masalah network integration, network support, interoperability dll.), sehingga idealnya SONA diwujudkan melalui single brand.

SONA juga dapat diwujudkan secara bertahap (multi-year).

Network Multiplier
Meskipun initial cost dari SONA relatif mahal, namun SONA memberikan semua layanan yang diperlukan tadi (security, mobility, storage, dll) dalam suatu kerangka de facto standard di industri networking ini.

Network dengan SONA akan meningkatkan effectiveness suatu sistem IT secara luar biasa. Peningkatan ini disebut sebagai network multiplier, dan nilainya antara 3-4 kali lipat). Artinya spending IT bisa ditekan menjadi 1/4 nya, atau bisa juga berarti dengan SONA, dengan spending IT yang sama, infrastruktur IT yang kita punya sebanding dengan infrastruktur IT yang dibangun dengan biaya 3-4 kali lipat.

Thursday, December 20, 2007

Tidak perlu mahal untuk membuat generasi baru Indonesia pintar

Salah satu kunci mencerdaskan bangsa adalah fasilitas pendidikan. Termasuk di dalamnya fasilitas perpustakaan, diskusi, komunikasi, dan kurikulum yang sejalan dengan industri.

Internet untuk Pendidikan
Internet merupakan satu resource pendidikan yang luar biasa. Di dalam Internet, orang seluruh dunia saling terhubung dan berkolaborasi. Contoh kolaborasi luar biasa yang sangat positif adalah Wikipedia, dimana setiap orang bisa kontribusi pengetahuan yang dia miliki untuk kepentingan orang banyak. Wikipedia memiliki suatu mekanisme yang menyulitkan orang2 tertentu yang memiliki kepentingan pribadi (misalnya promosi, atau menyebarkan berita tidak benar), meskipun tidak 100% manjur, tetapi tetap saja informasi yang dimiliki Wikipedia sangat luar biasa, melebihi buku2 ensiklopedia yang terbesarpun... dan masih tetap growing.

Contoh yang lain adalah YouTube. Di site ini, setiap orang yang memiliki ketrampilan dapat melakukan 'e-learning' dengan cara menyebarkan video rekamannya (misalnya bagaimana cara memainkan 'Djembe', atau 'Didgeridoo', atau cara membuat batere dari kentang dll.) ke setiap orang yang sedang mencarinya.

Fasilitas Internet lain yang juga bisa dipakai adalah mailing list seperti Yahoo Group, ataupun chatting seperti Yahoo Instant Messenger dll.

Kebanyakan fasilitas2 yang ada di Internet adalah gratis. Namun demikian, gratis tidak berarti jelek, karena fasilitas gratis (seperti email, messenger, dll) justru dibackup oleh suatu sistem multi redundant yang sangat luar biasa tingkat availability-nya. Di belakang semua ini ada banyak sekali computer dan storage cluster yang dibentuk oleh teknologi virtualization yang berjalan di atas infrastruktur intelligent.

Sungguh sayang sekali jika fasilitas luar biasa yang ditujukan untuk kemajuan umat manusia ini disia-siakan.

Seharusnya fasilitas luar biasa ini dimanfaatkan juga oleh pendidikan di Indonesia, karena sebenarnya menilik dari keberadaan infrastruktur yang ada di Indonesia (yang dibangun oleh banyak operator telko dan service provider), internet seharusnya sudah dapat dinikmati oleh seluruh rakyat Indonesia.

Jaringan Pendidikan yang kurang Efektif
Memang benar bahwa departemen2 yang terkait dengan pendidikan di Indonesia kemudian (finally !!!) membuat infrastruktur luar biasa untuk membangun fasilitas pendidikan yang online. Selain biaya yang keluar besar, penggunaannya juga tidak cost effective :
  • Meski bukan kompetensinya, departemen ini berusaha membuat infrastruktur jaringan dengan kapasitas besar sekali (orde ratusan Mbps) di backbone, akibatnya terjadi pemborosan dana yang besar karena kapasitas besar ini tidak bisa dishare dengan user di luar pendidikan sehingga hitung2an bisnisnya jadi mahal
  • Tidak ada badan yang mengatur backbone ini, semua diserahkan pada instansi pendidikan yang ditunjuk, akibatnya timbul potensi untuk membuat backbone besar ini sebagai mainan, bukannya untuk saling berkolaborasi
  • Departemen ini membuat backbone sekaligus besar sekali tanpa sosialisasi yang cukup, akhirnya orang2 bukannya langsung menikmati fasilitasnya, tapi malah saling tuding..., padahal argometer backbone besar itu sudah berjalan. Kalau kita mulai dari yang kecil, maka transisi dari pendidikan kita yang kuno bisa berjalan dengan mulus (dan tidak mahal)
Saya juga agak sangsi dengan kesuksesan jaringan ini karena :
  • Saya belum melihat adanya konten yang bagus ('a must see content') bagi pelajar/mahasiswa. Harusnya kumpulin saja semua guru dan dosen TERBAIK di INDONESIA dan rekam cara mereka mengajar dan publish saja di Internet supaya semua orang bisa lihat (patut diingat bahwa anak2 Indonesia juga banyak yang di luar negeri)
  • Belum ada kurikulum pendidikan yang diselaraskan dengan keperluan Industri. Kami dari industri IT benar2 amat membutuhkan generasi baru yang pintar dan siap kerja. Yang ada hanyalah lulusan2 teknik yang buta mengenai IP (padahal ini adalah molekul dan atom penyusun Internet dan semua komunikasi data di dunia). Bahkan lulusan terbaik dari universitas terbaikpun kalau diuji memble semua.... (padahal Index Prestasinya benar2 sempurna)
  • Belum terlihat upaya mengelektronikkan semua materi edukasi, tesis, skripsi, jurnal2 teknis, bacaan2, majalah, dan memasukkannya ke data center terpusat yang bisa diakses semua lapisan masyarakat, supaya setiap orang tinggal one click away access ke informasi (=education)
  • Belum terlihat upaya untuk pengontrolan materi apa saja yang bisa dan terlarang dari Internet (ini tugas bersama dengan industri ISP)
  • Belum terlihat upaya untuk menggunakan Open Source Software (padahal Open Source merupakan upaya dari/untuk/dan bagi umat manusia supaya saling maju bersama), misalnya penggunaan Linux untuk pendidikan (gratis, powerful, dan linux knowledge sangat berguna di industri nanti karena linux yang paling sederhanapun sudah pake arsitektur setara mainframe & supercomputer). Dan satu lagi Linux bukan proprietary, artinya kita tidak under control suatu negara tertentu
Kesejahteraan Guru
Tapi walaupun demikian, saya tetap bangga dan senang karena akhirnya kita punya jaringan yang hebat untuk pendidikan ini.

Hanya sedikit saja ganjalan, seandainya kita bisa lakukan optimisasi, dan membuat roadmap yang bagus, maka dana luar biasa yang telah keluar sebenarnya bisa dipakai untuk mensejahterakan kehidupan insan2 pendidik.

Dengan fasilitas & pendapatan (resmi) yang memadai, akan makin banyak anak2 pintar yang akhirnya menjadi pendidik, dan ini menimbulkan efek bola salju, di mana generasi2 Indonesia berikutnya akan menjadi pintar, dan semakin pintar, sampai akhirnya kita bisa berbalik menjadi bangsa yang disegani oleh dunia.