Friday, April 23, 2010

Enterprise Class Cloud Services

Artikel di bawah ini merupakan terjemahan bebas dari : http://blogs.technet.com/whymicrosoft/archive/2010/04/22/the-importance-of-sla-s.aspx 

Bagi banyak perusahaan, menggunakan layanan awan membutuhkan pemikiran matang. Semua perusahaan, besar dan kecil, perlu mempelajari SLA (Service Level Agreement) yang diberikan oleh penyedia jasa layanan awan.

Pelanggan komersial bisa dipastikan membutuhkan jaminan SLA tertentu.

Google Docs, salah satu layanan awan dari Google mengalami downtime kemarin tanggal 22 April dengan kronologi (terbaru pada saat blog ini ditulis) seperti berikut :

6:36 AM – layanan Google Docs tidak bisa diakses oleh sebagian besar pengguna.

7:36 AM – tim teknis Google memeriksa akar masalah, dan mengetahui bahwa pengguna tidak bisa menggunakan Spreadsheets, Presentations, Drawings, dan Documents yang dibuat menggunakan versi baru.

8:00 AM – sebagian besar masalah sudah selesai, kecuali Google Presentations.

Matinya layanan Google ini merupakan suatu contoh perbedaan layanan awan Enterprise Class dengan layanan untuk perorangan.

Suatu penyedia layanan, bisa saja membuat layanan awan yang luar biasa yang tidak pernah mati dengan cara membuatnya berjalan di atas suatu infrastruktur dengan keamanan yang berlapis-lapis. Tetapi hal ini mungkin tidak menguntungkan secara bisnis. Sehingga biasanya penyedia layanan akan membuat suatu desain yang cukup baik jika dihitung berdasarkan pertimbangan ekonomis.

Matinya layanan Google ini bukan hanya yang pertama kali, tahun lalu ketika Google melakukan sedikit perubahan di Data Centernya sebagian besar pengguna layanan email Gmail mati.

Hal lain yang sangat serius adalah Google sebenarnya sama sekali tidak memberikan dukungan apapun terhadap aplikasi-aplikasi awan Google Labs, Google juga tidak memberikan janji atau jaminan apapun….

Hal-hal inilah yang patut dipertimbangkan oleh para calon pengguna layanan awan untuk keperluan bisnis.

Pernah membaca Google Apps SLA ? Kalau diperhatikan benar-benar, maka Google App bisa mati lebih dari 21 jam setiap hari, dan Google tetap bisa claim bahwa Google memiliki 100% uptime :

“Downtime Period” means, for a domain, a period of ten consecutive minutes of Downtime. Intermittent Downtime for a period of less than ten minutes will not be counted towards any Downtime Periods.

“Monthly Uptime Percentage” means total number of minutes in a calendar month minus the number of minutes of Downtime suffered from all Downtime Periods in a calendar month, divided by the total number of minutes in a calendar month.

Pendekatan SLA model seperti ini bisa menipu pelanggan. Sebuah penyedia layanan awan kelas Enterprise seharusnya menghitung downtime setiap kali suatu aplikasi memang tidak bisa dihitung. Inilah yang disebut KEMITRAAN !

Hal lain yang juga penting adalah penalti. Suatu penyelenggara layanan yang melanggar SLA sudah seharusnya dihukum secara finansial (misalnya berupa diskon atau uang kembali). Layanan Google hanya memberikan maksimum layanan gratis 15 hari di akhir kontrak jika uptime merosot <95% setiap hari !

Di bawah ini adalah perbandingan antara layanan awan dari Microsoft dan Google :

 

Microsoft Online

Google Apps

Downtime Limitations

Immediate upon outage

Less than 10 minutes do not count

Monthly Uptime Percentage

Service Credit ($)

Monthly Uptime Percentage

Service Credit (days of service)

< 99.9%

25%

< 99.9% - ≥ 99.0%

3

< 99%

50%

< 99.0% - ≥ 95.0%

7

< 95%

100%

< 95.0%

15

Planned Downtime Notification

5 days

5 days

Maximum Yearly Planned Downtime

10 Hours

12 Hours

Friday, March 26, 2010

Open Source vs Cloud Computing

Richard Stallman: Menggunakan layanan Cloud adalah tindakan bodoh
image

http://blogoscoped.com/archive/2008-09-30-n12.html 

Richard Stallman bapak Open Source mengatakan “Ada alasan mengapa anda tidak boleh menggunakan aplikasi berbasis web karena anda akan kehilangan kontrol…. Hal tersebut sama jeleknya dengan menggunakan aplikasi proprietary. Kerjakan komputing di komputer anda sendiri dengan program yang bebas. Jika anda menggunakan program proprietary atau web server orang lain, maka anda akan tidak punya pertahanan sama sekali. Nasib anda akan berada dalam tangan si pengembang software tersebut.”

Richard mengatakan bahwa menggunakan aplikasi berbasis web seperti Gmail adalah suatu tindakan yang lebih “buruk dari kebodohan”.

Di blog yang lain http://www.crunchgear.com/2008/09/29/cloud-computing-could-be-dangerous-warns-richard-stallman/ Richard Stallman mengatakan bahwa cloud services seperti Gmail berbahaya karena bisa ditutup sewaktu-waktu.

Di sini http://cloudcomputing.sys-con.com/node/692407 Richard malah bilang bahwa Cloud Computing hanya untuk orang bodoh….

Cloud Computing memakan pengembang Open Source

Amazon adalah salah satu perusahaan terkemuka yang menawarkan layanan database melalui Amazon RDS (Relational Database Service). Amazon RDS merupakan layanan berbasis web yang mudah untuk disetup, dioperasikan, dan berskala tinggi di dalam cloud. Amazon RDS menyembunyikan kesulitan manajemen database dari sisi user, sehingga para user bisa lebih fokus pada bisnisnya.

Menarik untuk disimak, Amazon ini memanfaatkan produk Open Source MySQL yang dikustomisasi menjadi sangat mudah untuk digunakan :)

MySQL adalah produk open source yang kelangsungan hidupnya bergantung pada penjualan jasa dukungan teknis (dari SUN yang menciptakan dulu mengakuisisi MySQL ini). Karena Amazon memiliki teknisi & pengembang sendiri yang andal, maka Amazon tidak membeli jasa dari SUN.

Pendapatan SUN juga akan berkurang dari sisi penjualan jasa, karena semua pelanggan potensial jasa dukungan teknis untuk MySQL bisa memilih untuk menggunakan jasa Amazon…

Hal-hal semacam ini sangat membahayakan kelangsungan hidup pengembang aplikasi open source.

Bagaimana seharusnya sikap pengembang open source supaya tetap hidup ? Mungkin salah satu langkah adalah membuat versi proprietary yang lebih bagus untuk memberikan nilai tambah yang besar terhadap aplikasi versi open sourcenya :) Sehingga orang-orang mau membayar untuk mendapatkan versi proprietarynya.

Evolusi Lisensi Open Source untuk menghadapi Cloud Computing

Era cloud computing ini juga mau tidak mau memaksa perbaikan lisensi open source GPL menjadi Affero GPL yang bisa digunakan untuk melindungi aplikasi Open Source yang digunakan di dalam web server.

Affero GPL merupakan modifikasi dari GPL versi 3, di situ dinyatakan bahwa “Jika anda menjalankan aplikasi ini di dalam server dan membiarkan orang lain berkomunikasi dengan aplikasi tersebut, maka server anda harus juga memperbolehkan orang-orang tersebut mendownload source code dari program yang sedang berjalan. Jika program yang sedang berjalan adalah hasil modifikasi sendiri, maka para pengguna server itu harus juga bisa mendownload source code yang sudah dimodifikasi tersebut”.

Tuesday, March 16, 2010

Microsoft & Cloud Services

Banyak orang tidak mengetahui bahwa sebenarnya Microsoft benar-benar serius bergerak menuju ke arah Cloud Services (layanan awan). Microsoft memiliki strategi untuk aplikasi, platform, bisnis infrastruktur untuk semua pelanggan konsumer maupun perusahaan. Microsoft melakukannya dengan sangat serius, dan menanamkan investasi yang sangat besar. Microsoft melihat peluang bisnis yang sangat besar untuk semua pelaku IT.

Cloud services ini sendiri sebenarnya merupakan bagian kecil dari arsitektur besar Microsoft yang disebut sebagai S+S (Software plus Services), yang menggabungkan antara aplikasi client/server yang dimiliki pelanggan sekarang dengan layanan awan. Arsitektur ini sebenarnya bukan monopoli Microsoft, karena hampir semua pelaku IT juga melakukannya, dan menyebutnya dengan berbagai istilah yang berbeda-beda.

Dimulai dari catatan Ray Ozzie yang dipublikasi di sini (28 Oktober 2005) : http://news.cnet.com/Ozzie-memo-Internet-services-disruption/2100-1016_3-5942232.html , perlahan-lahan arsitektur Cloud Services Microsoft mulai disusun. Microsoft mulai meluncurkan banyak aplikasi-aplikasi online seperti Windows Live, Bing, XBOX Live, Office Live, Microsoft Online Services, Dynamics CRM Online, Windows Azure, SQL Azure dan sebagainya. Banyak di antara produk-produk itu merupakan hasil evolusi dari produk-produk server yang pindahkan ke awan, dan bisa diakses secara publik.

Visi Ray yang dipublikasikan pada tahun 2005 ini diamini oleh banyak pemain besar di industri IT, mulai dari Adobe, sampai Google dan IBM beberapa tahun kemudian :

  • “We are taking a balanced approach, and are building a hosted infrastructure. It’s not just about the cloud, but also about the desktop. There are some who are all about the cloud while others think about the desktop first. We have a hybrid approach, and we are doing that with our products like AIR.” - Kevin Lynch, CTO, Adobe (August 2008), http://gigaom.com/2008/08/04/the-gigaom-interview-kevin-lynch-cto-adobe-systems
  • “The real opportunity that the cloud offers large companies today is as a supplement or complement to their in-house operations rather than as a complete replacement - Nick Carr “Rough Type” blog (April 2009), http://www.roughtype.com/archives/2009/04/the_big_company.php
  • “…larger companies…can be expected to pursue a hybrid approach for many years, supplying some hardware and software requirements themselves and purchasing others over the grid. One of the key challenges for corporate IT departments, in fact, lies in making the right decisions about what to hold on to and what to let go.”Nick Carr, “The Big Switch”, pg. 118
  • Microsoft's Software + Service strategy has rapidly matured and is native to Exchange 2010. This architecture of a single environment that spans on-premise and cloud-based gives large firms an opportunity to leave some mailboxes on-premise and host others in the cloud to save money without incurring admin hassles.” - Ted Shadler, The Forrester Blog for Information & Knowledge Management Professionals (April 2009), http://blogs.forrester.com/information_management/2009/04/exchange-2010-tier-your-workforce-split-your-domain-save-money.html
  • “Economics of IT are changing, and many companies are looking at combinations of on-premise software and software as a service.” - Rishi Chandra, Product Manager for Google Enterprise (June 2008), http://www.intelligententerprise.com/blog/archives/2008/06/google_sees_clo.html
  • “There are things you can do in desktop apps that you can't do in Web apps - Linus Upson, Google Engineering Director, http://news.cnet.com/8301-17939_109-10227150-2.html
  • “IBM believes this view neglects to consider that large enterprises are not going to outsource their entire data center operations to a public cloud like Amazon’s. Different workloads demand different support, and as such, there are certain applications that shouldn’t be moved to a cloud model.”IBM (April 2009), http://blogs.zdnet.com/BTL/?p=16384
  • "It's unlikely than an organization will strictly choose one path or the other when it comes to SaaS and software services that are built in-house. Every organization will likely continue to have a mix of existing applications, SaaS subscriptions, and now through SOA, a collection of reusable components, Web services and business processes…" - Sandy Carter, vice president of SOA and WebSphere strategy at IBM (August2008), http://www.crmbuyer.com/story/PVN9X8ztpLGcvl/Mixing-It-Up-With-SOA-and-SaaS-Part-2.xhtml
  • “But a new model has emerged powered by fantastic experiences at the front end and platform delivered as a service on the back end - Steve Fisher, SVP Platform Division, Salesforce.com, http://www.eweek.com/c/a/Application-Development/Adobe-Targets-the-Enterprise-with-SAP-Salesforce-Integration
  • Salesforce CEO Mark Benioff … to announce a partnership to sell customers on the hybrid cloud idea – an initiative called ‘The Best of Both Worlds.’  For Benioff, who until now has marketed Salesforce with a ‘Software is Dead’ slogan, that’s quite a shift…” - Fortune on the shift to cloud computing (October 2009), http://brainstormtech.blogs.fortune.cnn.com/2009/10/22/a-kinder-gentler-cloud/

Baru-baru ini Microsoft memperkenalkan produk barunya Windows Azure Platform dan Office 2010, yang merupakan komponen terakhir dari Microsoft untuk memberikan solusi Cloud Services paling lengkap di pasaran. Solusi Microsoft sekarang mencakup semua aplikasi, platform, infrastruktur, dan semuanya bisa diberikan sebagai suatu layanan.

Peluncuran produk baru ini meninggalkan semua lawan Microsoft, yang sekarang harus bermitra satu sama lain untuk menandinginya….

Pertarungan yang menarik sekali untuk disimak. Let’s see siapa yang akan unggul :)

Sayangnya di Indonesia pertempuran ini belum bisa jelas disaksikan, mengingat infrastruktur jaringan broadband yang masih lemah, juga tingginya tingkat pelanggaran hak cipta (Intellectual Property Right) yang membuat banyak pelaku industri IT ini enggan menanamkan investasi besar di negara ini.