Microsoft memiliki perhatian yang sangat besar pada kemajuan ICT di setiap lapisan masyarakat. ICT dipandang sebagai suatu sarana untuk meningkatkan derajat hidup kita. Melalui ICT, kita bisa bekerja dengan lebih efisien, lebih cepat, dan lebih mudah.
Salah satu fokus Microsoft adalah peningkatan potensi masyarakat di pedesaan.
Jurang pengetahuan digital di Indonesia begitu tinggi. Masyarakat di perkotaan sudah begitu terbiasa bekerja menggunakan komputer. Bahkan kalau kita perhatikan sekarang, banyak sekali penduduk kota (terutama sekali generasi mudanya) yang begitu tergantung pada PDA phone. Kemanapun mereka melangkah, tak henti-hentinya mata dan jarinya sibuk mengetikkan sesuatu ke PDA phone tersebut.
Gejala demam chatting ini terjadi di sekolah sampai rapat anggota DPR yang terhormat, dari anak-anak SD sampai para opa…
Di pedesaan gejala serupa mulai terjadi, tetapi pada umumnya masyarakat pedesaan hanya sekedar melakukan SMS saja yang tidak terlalu intensif.
Penggunaan komputer di perkotaan yang ke mana-mana, di pedesaanpun tidak terlalu nampak. Petani dan nelayan masih lebih suka macul dan melaut daripada duduk di depan komputer.
Sebenarnya cukup masuk akal. Soalnya kalau petani dan nelayan tidak mencangkul atau melaut, darimana mereka bisa makan ? atau mendapat uang untuk bermain komputer ?
Namun sadarkah kita bahwa komputer di pedesaan bukanlah hanya untuk permainan ? Komputer bisa digunakan untuk membuka jendela dunia. Dengan komputer, masyarakat pedesaan akan memiliki akses ke jaringan yang tersebar ke seluruh dunia.
Petani rumput laut akan bisa menemukan pembeli dari Jepang. Petani salak bisa menemukan cara mengolah salah menjadi kripik yang enak. Petani kelapa bisa mendapatkan pesanan dari industri jok mobil dan sebagainya.
Microsoft sangat menyadari potensi tersembunyi ini. Microsoft bahkan memiliki program dan divisi yang khusus menangani hal ini, dan disebut sebagai Unlimited Potential.
Program ini merupakan program utama Microsoft yang bertujuan menjembatani kesenjangan digital yang ada di suatu negara. Program ini merupakan program yang sangat comprehensive dan meliputi : pendanaan, donasi piranti lunak, pemberian kurikulum melek ICT, dan dukungan jaringan teknologi komunitas.
Kurikulum melek ICT ini sendiri cukup lengkap, meliputi dari keahlian dasar, peningkatan kemampuan berkomputer, dan peningkatan produktivitas.
Di Indonesia sendiri, Microsoft sudah aktif menjalankan program ini semenjak Oktober 2003. Dan saat ini sudah lebih dari 120 pusat komputer pedesaan telah berdiri atas prakarsa Microsoft. Pusat-pusat komputer itu disebut sebagai CTC (Community Technology Center) atau disebut juga sebagai SBK (Sanggar Belajar Komunitas).
Masing-masing CTC atau SBK ini biasanya memiliki kekhasan yang bertujuan meningkatkan kehidupan masyarakat di sekitarnya.
Pendirian CTC-CTC di Indonesia ini dilakukan secara bertahap dan dengan bermacam-macam tema. Misalnya :
- Pemberdayaan perempuan di bidang teknologi, dengan mitra KPI (Koalisi Perempuan Indonesia)
- Pelatihan IT untuk pengusaha kecil anggota forum daerah, dengan mitra The Asia Foundation
- Meningkatkan kemandirian kaum tuna netra melalui pendidikan di bidang Teknologi Informasi, bermitra dengan Yayasan Mitra Netra
- Memberikan akses informasi yang lebih luas terhadap masyarakat di Aceh, dengan mitra Yayasan Pakta
- Memberikan akses informasi yang lebih luas terhadap petani dan komunitasnya, dengan mitra Yayasan Mitra Mandiri
- Memberikan akses informasi yang lebih luas terhadap petani dan komunitasnya, dengan mitra LPPM IPB
- Meningkatkan kemampuan IT bagi pekerja migran (TKI) di wilayah yang rawan perdagangan manusia
Beberapa foto seputar kegiatan CTC :
Di bawah ini ada beberapa kisah-kisah sukses menarik seputar CTC :
CTC Pancasari
CTC di Pulai Bali ini dikelola oleh Kelompok Tani Muda Mandiri Desa Pancasari Bedugul, Bali. Kelompok Tani yang awalnya bertani stroberi ini, mencoba beralih membudidayakan paprika berbekal informasi yang mereka dapatkan di internet. Menjelang musim panen, mereka pun mencoba memasarkannya lewat internet. Tak lebih dari 1 minggu sejak mereka posting profile mereka di situs internet, mereka dihubungi oleh salah satu perusahaan penyuplai bahan makanan. Dan perusahaan itu memborong semua paprika tanaman mereka. Paprika berwarna hijau, kuning dan merah yang berhasil mereka budidayakan dihargai Rp. 6000, per kg. Hingga saat ini, Kelompok Tani Muda Mandiri masih terus menyuplai paprika mereka ke perusahaan tersebut walaupun hanya sanggup memenuhi ½ dari kebutuhan yang diminta.
CTC Bojonegoro
Suhar, seorang petani kacang di Bojonegoro sukses memasarkan kacang tanah isi dua lewat internet. Ia belajar mengenai komputer melalui CTC Garis Tepi yang terletak di Bojonegoro. Padahal menurut Imam Suhadak, ketua PKBM Garis Tepi awalnya penduduk setempat takut untuk belajar komputer. Namun berkat kesuksesan Suhar, program ini mulai populer di kalangan petani. Peserta yang semula hanya berjumlah 26 orang berkembang menjadi 166 orang. Disana mereka diajarkan sistem operasi, aplikasi, internet, mengirim e-mail, dan membuat profil di internet. Suhar kita memperluas pasarnya melalui internet dengan menjual bunga roselle kering selain terus memasok kacang tanah isi dua.
CTC Jawa Timur
CTC Surabaya memberikan pelayanan dibidang Teknologi Informasi yang berhubungan dengan UKM (Usaha Kecil Menengah). Mereka yang belajar di CTC ini adalah anggota dari Forum Daerah yang umumnya para UKM. Mereka belajar aplikasi perkantoran seperti Word, Excel, Access dan Power Point. Walau awalnya CTC ini punya masalah keuangan, namun CTC Surabaya mampu bangkit dengan memberdayakan CTC-Net sebagai sumber pendanaan. CTC juga telah memberikan pelatihan mengenai design kemasan bagi penyuplai teh bunga roselle sehingga kemasan teh roselle kini menjadi lebih cantik. CTC Surabaya juga memberikan beberapa pelatihan mengenai entrepreneurship disamping pelatihan Teknologi Informasi yang merupakan materi pelatihan yang terintegrasi bagi para UKM.
CTC Parapat
Harris Sitio, seorang petani berusia 40 tahun, baru belajar komputer dan internet 8 bulan yang lalu di CTC Parapat. Saat ini dia sudah mengelola pembibitan benih kan yang dijual ke petani-petani ikan lokal dan daerah lainnya. Selain usaha tersebut, Pak Harris juga aktif dalam Credit Union, sebuah organisasi untuk menjawab kekurangan modal bagi petani untuk memulai usahanya. Terdorong oleh pengalamannya belajar komputer di CTC, Pak Harris pun membeli komputer bekas untuk organisasinya. Beliau juga melakukan komunikasi dengan lembaga pertanian organik lainnya di Indonesia, seperti Yayasan Bina Sarana Bakti, Cisarua Bogor, untuk memesan bibit-bibit organik. Bersama teman-temannya, Pak Harris juga memulai lahan pertanian organik seluas 1 Ha. Kini Pak Harris rajin mengajak teman-teman petaninya untuk belajar di CTC Parapat karena dia sudah merasakan manfaat untuk kemajuan usahanya.
CTC Asean Foundation
Bersama Microsoft Indonesia, sejak Agustus 2005, ASEAN Foundation mendukung program Unlimited Potential (UP) melalui ICT4D ASEAN Collaboratory. ASEAN Foundation berperan untuk memberikan dengan menyelenggarakan serangkaian kegiatan Train-of-Trainers (TOT) yaitu pelatihan IT bagi para pelatih dari berbagai lembaga yang tergabung dalam program UP seperti Yayasan Mitra Mandiri, Koalisi Perempuan Indonesia, Asia Foundation, Yayasan PAKTA , LPPM IPB. Program pelatihan ini melibatkan 130 trainer dari berbagai CTC dan menyediakan layanan online kepada semua CTC di berbagai kota di Indonesia. ASEAN Foundation juga membentuk situs khusus untuk komunitas pertanian, Pustaka Tani (www.pustakatani.org) sebagai sarana komunikasi antar petani di Indonesia.
CTC Cihideung Ilir
Pak Saiful, seorang petani di Cihideung Ilir, terinspirasi untuk menanam kacang-kacangan setelah membaca cerita sukses Pak Suhar yang dibaca melalui media buletin CTC, KlikInfo. Ia meyakinkan kelompok taninya untuk bertanam kacang dan dengan informasi yang didapatnya dari internet serta bimbingan penyuluh dari IPB, Pak Saiful dan kelompoknya segera mendapatkan hasil yang memuaskan dari hasil bertanam kacang. Setiap tiga bulan, produksi kacang kelompoknya terus mengalami peningkatan, dari 2 1/2 , menjadi 3 ½ ton. Bukan hanya itu saja, mereka juga dapat menabung dan tujuh bulan setelah mereka menanam kacang, kelompok tani pak Saiful berhasil membeli sebuah traktor untuk mengolah kacang.