Thursday, December 13, 2007

Jabodetabek Online City untuk mengatasi kemacetan parah

Daripada bangun-bangun jalan tol di dalam kota Jakarta untuk mengatasi masalah dengan masalah eh... mengatasi kemacetan, mendingan kita bangun pusat-pusat bisnis yang tersebar di luar kota Jakarta. Dengan cara demikian maka distribusi traffic akan merata dan tidak terpusat di jalan2 Jakarta.

Kemudian semua pusat bisnis tadi harus dihubungkan dengan ring-ring fiber optic dengan teknologi ROADM DWDM (Reconfigurable Optical Add Drop Mux - Dense Wavelength Division Multiplex). Kalau perlu di atasnya kita bangun jaringan G-MPLS (Generalized MPLS) dan MPLS VPN sekalian.

Apa yang terjadi ?

Kita akan dapatkan infrastruktur cost effective, dengan bandwidth yang RUAR BIASA BESAR ! JABODETABEK menjadi ONLINE CITY (nggak kalah sama negara2 maju)

Kapasitas Fiber Optic sekarang
Sepasang fiber optic yang besarnya cuma 2 lembar rambut manusia, dengan teknologi tadi mampu melewatkan traffic sebesar 32 x 40 Gbps atau kelipatannya (misalnya 64x 40 Gbps, 128x 40 Gbps, dst).

Kapasitas 32x40 Gbps saja setara dengan 1.2 Tbps. Kapasitas itu setara dengan 37 juta orang berbicara sekaligus pada satu saat tanpa menggunakan kompresi. Saya yakin, kapasitas ini jauh lebih besar daripada kapasitas telpon yang dimiliki Indonesia. Itu baru kapasitas sepasang fiber yang besarnya 2 helai rambut manusia tadi loh. Padahal, biasanya kalau operator pasang fiber optic, dalam satu kabelnya (diameternya kira2 sebesar kelingking, atau bisa lebih/kurang) isinya buanyak sekali lembaran fiber optic....

Dengan kapasitas seperti itu, tidak ada lagi alasan orang utk bermacet2 ria ke dalam kota Jakarta. Memangnya apa sih yang dicari ? Kecuali mau jalan2 ke kota lama, atau duduk2 di ancol, rasanya hampir semua kegiatan bisa dilakukan secara terdistribusi.

Meeting dengan fasilitas virtual (pake Telepresence) juga sama sekali tidak jadi masalah.... Bahkan ketika lawan bicara sambil lompat2an, bandwidthnya tetap sangat memadai.

Insentif Pajak
Untuk lebih mendorong perusahaan supaya mau berkantor di luar jakarta, misalnya dengan insentif pajak (kalau pajak lebih kecil di luar Jakarta, pasti banyak pengusaha yang terus berpikir dua kali kalau mau ikut membuat penuh Jakarta)

No comments: